Minggu, 22 April 2012

BUDAYA PACARAN


Sebagaimana yang telah kita ketahui istilah pacaran ini dulu sangatlah asing dan tak dikenal oleh para remaja seperti sekarang ini, namun pada dewasanya pacaran sudah merebak bak jamur di musim penghujan baik itu dalam lingkup kota maupun desa pada kalangan remaja di abad ini. Para remaja ini seolah membuat suatu tradisi kebudayaan baru yang dalam hal ini mengusung pacaran sebagai suatu budaya pada masanya. Sebenarnya mungkin itu adalah sautu kewajaran yang biasa dalam pergaulan remaja kini bahkan pacaran ini sekarang dianggap sebagai suatu kewajiban dalam prosesi pergaulan mereka. Padahal ketika dahulu prosesi pacaran ini tidaklah ada bahkan khususnya di Indonesia, pacaran itu dianggap sebagai suatu hal yang dianggap tabu dan bahkan sangat dilarang karena tidak sejalan dengan nilai dan norma khususnya dalam pandangan agama yang pada saat itu sifatnya sangat mengikat kuat terhadap masyarakat. Lalu kenapa pacaran sekarang seolah menjadi tradisi yang sudah tak mungkin lepas dari kehidupan remaja? Sebelum membahas hal tersebut, kebudayaan sebagaimana yang telah kita ketahui adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa manusia atau dalam pengertian lain, yakni berupa keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. sedangkan pacaran menurut para remaja sendiri adalah suatu ikatan perasaan cinta dan kasih antara dua individu yakni lelaki dan perempuan untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat yang pada esensinya untuk saling mengena lebi jauh untuk menuju proses upacara sacral (menikah) atau untuk mencari pasangan hidup yang dianggap cocok. Maka dari pendefinisian itulah pacaran dinggap sebagi salah satu budaya masyarakat khususnya remaja karena merupakan hasil ide, gagasan, dan aktivitas tingkah laku keseharian mereka. Sehingga pada efeknya sekarang banyak para remaja menganggap bahwa pacaran merupakan suatu hal yang wajib sebagai jalan mendapat jodoh. Pada awalnya pacaran ini merupakan seperti yang telah dikemukakan diatas sebagai prosesi mengenal satu sama lain dengan cara mengikat dan menyatakan hubungan mereka kedalam bentuk yang bisa dikatakan formal agar dapat mengenal secara intim. Namun pada perkembangannya pacaran disini seolah menjadi mode, bila seorang belum pernah pacaran bisa dikatakan ketinggalan zaman. Hal seperti itulah kiranya yang membuat remaja membangun persepsi wajibnya pacaran bagi kalangan mereka. Kegiatan pacaran ini sebenarnya implikasi dari rasa kebutuhan seseorang atau lebih karena kekurangan mereka dalam mendapat perhatian dan pengertian sebagai makhluk sosial, sehingga timbulah suatu kekuatan atau dorongan alasan yang menyebabkan orang tersebut bertindak untuk memenuhi kebutuhannya, dalam hal ini pacaran Adapun pada dasarnya sekarang motif sosiogenetis yang asalnya hanya menekankan pada individu untuk ingin dimengerti orang banyak menjadi ingin diakuinya individu pada daerah tersebut. Sebagai contohnya hari ini seseorang akan merasa dirinya minder terhadap orang lain yang mempunyai pasangan (pacar) sedangkan ia tidak.













KESIMPULAN :
Kini dikalangan remaja sudah mulai muncul budaya baru yang disebut budaya pacaran oleh anak remaja sekarang, yang dewasa pun belum tentu sudah merakan pacaran tapi malah sekarang dari yang tua muda sampai anak-anak sudah tahu dan pernah merasakan apa itu budaa pacaran, sedangkan pacaran menurut para remaja sendiri adalah suatu ikatan perasaan cinta dan kasih antara dua individu yakni lelaki dan perempuan untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat yang pada esensinya untuk saling mengena lebi jauh untuk menuju proses upacara sacral (menikah) atau untuk mencari pasangan hidup yang dianggap cocok, padahal pacaran itu tidak boeh terutama oleh pandangan agama tetapi hal tersebut tidak menjadi halangan oleh remaja-remaja atau anak-anak ini untuk melanjutkan rasa ingin tahu nya apa itu berpacaran, ini menjadikan kalangan anak muda zaman sekarang mewajibkan untuk berpacaran karena kata anak muda bila tidak punya pacar atau kekasih dibilang tidak zaman atau ketinggalan zaman, padahal pacaran tidak diwajibkan karena memang ada unsur dosa bila dimanfaatkan dengan perbuatan yang kelewatan seperti melecehkan wanita.

BUDAYA MUDIK LEBARAN


Sebuah budaya unik terjadi setiap tahunnya di Indonesia, yang mana secara budaya sangat sakral untuk umat Muslim sehingga tak satupun orang muslim mau melewatkannya. Setelah berpuasa selama sebulan di bulan Ramadhan selesai mereka dengan antusias menjalankan budaya ini. Lebaran atau Idul Fitri adalah momen yang paling dinanti, hari di mana semua orang Muslim saling memaafkan kesalahan-kesalahan satu dengan yang lainnya.
Salah satu bentuk untuk merayakan Lebaran adalah pulang kampung atau lebih dikenal dengan mudik. Agar dapat berkumpul lagi dengan orang tua dan keluarga, jutaan orang mudik dari kota, di mana mereka bekerja atau tinggal, seperti Jakarta menuju ke tanah kelahirannya, yaitu desa. Mereka rela antri berjam-jam untuk mendapatkan tiket bus atau kereta, atau bahkan menyewa mobil. Berdesak-desakkan di dalam angkutan umum, berpanas-panasan di atas sepeda motor dan macet berjam-jam di jalanan merupakan kejadian yang selalu terjadi di setiap Lebaran. Bagi mereka, kerepotan, penderitaan dan kesulitan yang dihadapi selama dalam perjalanan pulang kampung tidak dianggap ada setelah mereka bertemu dengan anggota keluarganya. Dalam kenyataannya, perjalanan panjang selama mudik sering menjadi cerita yang menarik untuk diceritakan kepada keluarga.Pemudik (migrants) yang berasal dari desa yang sama biasanya melakukan mudik bersama-sama. Perusahaan di mana mereka bekerja menyediakan bis atau mobil sewaan untuk tenaga kerjanya sehingga mereka dapat pulang dengan lebih nyaman dan merasakan semangat kebersamaan. Seminggu atau bahkan sebulan sebelum Lebaran, mobil sewaan, tiket bis, dan kereta api sudah dipesan semua. Setiap orang pergi ke tempat tujuannya masing-masing.
Mudik tidak hanya untuk orang Muslim saja tetapi sudah menjadi tradisi tahunan yang tidak dapat dipisahkan dengan komunitas masyarakat Indonesia. Banyak orang yang bekerja dan tinggal di kota besar mudik karena pada Lebaran mereka mendapat liburan yang panjang. Biasanya, mereka akan mengunjungi dan mendoakan leluhurnya yang sudah meninggal di makam. Mudik juga bisa menjadi semacam terapi yang menguatkan hubungan kekeluargaan. Dalam aspek spiritual, mudik akan membangkitkan kesegaran dan tenaga baru bila mereka kembali bekerja di kota.
Orang-orang yang bekerja jauh dengan keluarganya di kota besar sering merasa ada yang kurang dalam hidupnya dan ‘kekurangan sesuatu’ ini dapat ditemukan kembali pada waktu mereka pulang kampung. Oleh karena itu mudik Lebaran, selain menjadi tradisi tahunan, juga memiliki efek perbaikan hidup atau terapi untuk rasa kehilangan bagi mereka yang hidup jauh dari orang tua dan keluarga.
Penduduk di kota besar bertambah setiap tahunnya ketika para pemudik kembali ke kota dengan membawa saudara atau kerabatnya ke kota. Cerita tentang kesuksesan hidup di kota membuat saudara, anggota keluarga, dan bahkan teman terpengaruh untuk meninggalkan keluarga dan desanya dan mengadu nasib di kota besar, dengan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

                                                                                                        








KESIMPULAN :
Dimana budaya mudik lebaran ini sudah ada dari tahun ke tahun lamanya,karena mudik bisa dibilang tradisi yang wajib maupun tidak wajib bagi umat Muslim maupun yang bukan, karena mudik adalah dimana tali silahturahmi disatukan dan menyambung tali keluarga, yang dimana mudik dilakukan dengan menaiki bus kereta atau mobil pribadi mudik juga sudah dipastikan yang namanya macet berdesak desakan atri mengantri demi sampainya kekota maupun tempat kelahiran nya, mudik juga bukan sekedar menengok atau bersilahturahmi dengan keluarga mudik juga bisa dilakukan dengan mengunjungi makam dan terapi, intinya adalah mudik itu tradisi dan budaya yang sudah ada dan harus kita jalan dan lestarikan sampai kapapun.

BUDAYA MEROKOK



Saat ini, merokok seakan telah menjadi sebuah budaya bangsa ini. Bagaimana tidak, saat ini rokok sudah menjadi milik semua kalangan, baik orang tua maupun anak-anak, baik pria maupun wanita, baik orang kaya maupun orang miskin, baik bos maupun kuli…
Indonesia adalah negara penyumbang asap rokok terbesar di Asia Tenggara. Ini bukanlah sesuatu hal yang main-main. Ini adalah suatu hal yang perlu kita sikapi secara serius. Pada tulisan saya saat ini, saya akan memberikan pandangan saya mengenai budaya merokok, yang menurut saya, adalah sebuah ironi yang sangat menyedihkan.
Racun yang menjadi “kebutuhan pokok”
Tidak dapat disangkal lagi, rokok adalah racun. Sekecil apapun kadar nikotin yang terkandung di dalam sebatang rokok, itu tetaplah racun yang merusak tubuh penghisapnya. Ironisnya, sekarang tidak sedikit orang yang menjadikan racun tersebut sebagai “kebutuhan pokok” mereka. Dulu, kita mengenal kebutuhan pokok manusia adalah sandang, pangan, dan papan. Sekarang, para perokok menambahkan daftar kebutuhan pokok mereka dengan sesuatu yang seharusnya bukanlah kebutuhan pokok, sesuatu yang pada hakikatnya adalah racun, yaitu rokok!
Merusak di saat yang lain bersusah payah mengobati
Karena rokok pada hakikatnya adalah racun, maka pastilah rokok akan merusak tubuh manusia, cepat atau lambat. Dengan merokok, mereka sedang menumpuk racun di dalam tubuh mereka yang akan merusak tubuh mereka. Sungguh ironis, mereka merusak paru-paru mereka di saat banyak orang yang berjuang mengobati paru-parunya. Mereka merusak jantung mereka di saat banyak orang yang rela menggunakan alat pacu jantung untuk menopang kehidupannya. Merusak memang jauh lebih mudah daripada mengobati. Pada saatnya nanti, para perokok akan mengerti betapa sulitnya pengobatan itu, dan betapa mahalnya harga kesehatan yang telah mereka sia-siakan.
Membayar biaya untuk merusak tubuh
Ini adalah sesuatu yang saya tidak habis pikir. Kalau bos-bos besar menghamburkan uangnya untuk membeli rokok mungkin masih bisa dimaklumi. Mereka kan orang kaya… Tapi kalau supir angkot? Supir bajaj? Kuli bangunan? Orang-orang yang tidak hidup berkecukupan? Bagaimana mungkin ada di antara mereka yang menghamburkan uangnya untuk kesenangan sesaat yang merusakkan tubuh mereka dan berakibat fatal di kemudian hari. Di saat mereka berjuang mencari sesuap nasi, batangan racun tetap saja ada di mulut mereka. Cobalah bayangkan, mereka harus mengeluarkan biaya untuk merusak tubuh mereka, dan nantinya mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi untuk mengobatinya. Sungguh konyol dan ironis…
Dosa yang tidak disadari
Apakah merokok itu berdosa? Kan di dalam kitab suci tidak ada yang mengatakan, “Dilarang merokok!”. Itulah pembenaran yang seringkali diberikan oleh para perokok. Tetapi sungguhkah merokok itu tidak berdosa? Cobalah renungkan, tubuh kita adalah pemberian Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Kita harus menjaga kekudusan tubuh kita. Dengan merokok, kita merusak tubuh yang telah Tuhan berikan kepada kita. Itu adalah sebuah perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Tidak sedikit mereka yang berdoa untuk kesehatan tetapi malah membuang kesehatan itu dengan merokok. Dan tidak sedikit pula dari mereka yang tidak menyadari bahwa dengan merokok, mereka telah berdosa. Ironis…
Menebar racun pada orang yang disayangi
Tidak jarang saya melihat seorang yang merokok di depan pasangannya, di depan suami/istrinya, di depan anaknya, di depan teman-teman dan sahabat-sahabatnya. Entah mereka memang tidak tahu, atau mereka tidak dapat menahan diri mereka, atau mereka tidak menghargai orang-orang di sekitarnya, apa yang sedang mereka lakukan adalah membunuh orang-orang di sekitar mereka secara perlahan-lahan. Tidak sedikit kasus perokok pasif yang harus menjadi korban pembunuhan para perokok. Suka ataupun tidak suka, jika Anda masih suka merokok di tempat umum, Anda adalah seorang pembunuh.
Merusak lingkungan yang mereka butuhkan
Setiap orang pasti memerlukan lingkungan yang sehat, setidaknya untuk oksigen yang harus mereka hirup untuk bertahan hidup. Sudah banyak orang yang mengatakan peduli pada lingkungan dan mencoba melestarikannya dengan menanam pohon, dsb. Tapi ironisnya, tidak sedikit pula dari mereka yang mengatakan peduli pada lingkungan, yang merusaknya dengan asap rokok yang mereka buang ke udara.
Dibenci banyak orang, tetapi harus dikasihani
Menurut saya, seorang perokok patut dikasihani. Mengapa? Saya rasa, ironi-ironi di atas sudah cukup menjelaskan mengapa seorang perokok patut dikasihani. Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita harus membenci mereka karena merugikan kita? Tidak! Yang harus kita benci bukanlah orangnya, tapi kebiasaan merokoknya. Terakhir, pesan saya untuk para perokok: “Merokok adalah sebuah pilihan. Anda bisa memilih untuk meneruskan merokok, Anda juga bisa memilih untuk berhenti merokok. Di mana ada kemauan, di sana ada jalan. Jika Anda ada kemauan untuk berhenti merokok dan mau berjuang untuk itu, Anda pasti berhasil. Tetapi, jika Anda memutuskan untuk meneruskan merokok, hargailah sekitar Anda, dan bersiap-siaplah menanggung akibatnya.”






KESIMPULAN :
Saat ini, merokok seakan telah menjadi sebuah budaya bangsa ini. Bagaimana tidak, saat ini rokok sudah menjadi milik semua kalangan, baik orang tua maupun anak-anak, baik pria maupun wanita, baik orang kaya maupun orang miskin, baik bos maupun kuli, dan Indonesia adalah penyumbang asap rokok terbesar di Asia Tenggara karena memang penduduk Indonesia sudah meluas dan menyebar budaya merokok, intinya adalah rokok dapat menyebabkan kanker serangan jantung impoten dan gangguan kehalian dan janin,jangan sekali kali anda merokok dilingkungan yang umum karena mau tak mau bila anda merokok ditempat umum sekeliling anda akan menghirup dan mencium asap rokok yang anda hisap itu akibatnya orang yang tak berdosa itu pun menjadi perokok pasif, selain itu merokok juga bisa dibilang berdosa, karena ya bagaimana tidak tubuh yang diberikan atau diciptakan oleh ALLAH SWT yang harusnya kita jaga tapi malah kita hancurkan perlahan dengan menghisap asap rokok tersebut, kemudian pilihan untuk perokok adalah dia mau berhenti merokok atau melanjutkan tepat merokok, tapi bia dia tetap merokok jauhkan orang-orang sekeliling yang tidak merokok,bila berhenti merokok hidup lah dengan sehat selalu ,tapi bila melanjutkan menjadi perokok rasakanlah akibatnya nanti.

BUDAYA MEMBACA


Setiap memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei, kita selalu diajak merenung dan memikirkan sejauh mana kemajuan yang dibuat dunia pendidikan Indonesia. Semua Warga Negara Indonesia,mulai dari orangtua kalangan berpunya sampai si miskin selalu menjawab serupa bahwa pendidikan merupakan jalan satu-satunya menuju hidup sejahtera serta kemajuan negara. Anehnya meskipun semua orang sudah berpikir sama tentang makna pendidikan dan pentingnya ilmu bagi kalangan generasi bangsa untuk membangun masa depan Indonesia, tapi tetap saja negeri ini bagai tak perduli terhadap peningkatan peranan pendidikan di dalam negeri.
Meski pemerintah melalui Mendiknas pada saat memperingati Hardiknas menyatakan untuk memajukan dunia pendidikan di tanah air telah berjuang dan bekerja keras untuk mengatasi berbagai persoalan, namun kenyataannya hingga hari ini kualitas pendidikan kita masih sangat jauh tertinggal dibandingkan negara-negara yang sedang berkembang, terutama di lingkup negara-negara ASEAN. Berdasarkan survey Political and Economic Risk (PERC) kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Hasil survey tahun 2007 World Competitiveness Year Book juga memaparkan daya saing pendidikan kita dari 55 negara yang disurvey Indonesia berada pada urutan 53. Padahal tanpa pendidikan, taraf hidup serta standar kualitas seorang manusia bisa makin menurun. Seseorang yang memperoleh pendidikan yang  tinggi tentu akan mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan mereka yang hanya tamat sekolah dasar.
Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun 2000 menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh dibandingkan dengan negara tetangga Singapura (24), Malaysia (61),Thailand (76) dan Philipina (77).  Menunjukkan betapa SDM Indonesia masih belum cukup kompeten dalam mengolah SDAnya yang berlimpah ruah. SDM ini bila tidak kunjung diperbaiki bisa berdampak terhadap kecepatan pembangunan di Indonesia. Karena hanya dari pendidikan yang baiklah akan dihasilkan SDM yang mumpuni dalam memajukan Indonesia nantinya.

Dari beberapa hasil penelitian di atas, semuanya menunjukkan masih buruknya kualitas pendidikan di bumi pertiwi. Banyak faktor yang berkontribusi dalam fenomena ini. Akan tetapi yang perlu kita soroti adalah masih rendahnya kemampuan masyarakat Indonesia untuk menjadi long life learner. Rasa ingin tahu dan kebutuhan untuk belajar bagi masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Masyarakat Indonesia cenderung menilai ilmu pengetahuan dari apa yang mereka dapatkan di sekolah ataupun kampus. Hal ini terlihat dari kecenderungan sebagian besar pelajar yang bersekolah hanya untuk mendapatkan nilai. Pendapat yang menyatakan bahwa nilai seorang pelajar merupakan cerminan ilmunya masih sangat kuat melekat pada pikiran rakyat Indonesia. Terlebih banyak orang tua yang menuntut anaknya untuk bisa mendapat nilai bagus di sekolah. Walau terkesan sepele, hal ini nyatanya sangat berpengaruh terhadap sikap pelajar. Pelajar Indonesia banyak yang hanya belajar untuk pintar dan bukan belajar untuk hidup. Belajar menjadi sekedar kewajiban bukannya kebutuhan. Mereka hanya mengejar angka yang bagus di rapot walau bagaimanapun caranya.  Akibatnya pelajar hanya terfokus dengan pelajaran yang ada di sekolah dan melupakan wawasan tambahan dari luar sekolah. Waktu mereka hanya terfokus untuk membaca buku pelajaran hingga tidak ada waktu tersisa untuk membaca buku lain. Sehingga membaca buku menjadi suatu beban yang memberatkan dan menjenuhkan. Budaya membaca pun menjadi kian tidak diminati karena gairah untuk membaca buku sudah hilang dari hati pelajar Indonesia. Bukti nyatanya adalah data yang menyatakan bahwa berdasarkan penelitian terhadap tingkat daya membaca di 41 negara, Indonesia berada di peringkat ke-39.
Kondisi inilah yang membuat rakyat Indonesia kesulitan untuk menjadi long life learner. Karena setelah sekolah/ kuliah itu usai, maka usailah sudah proses belajar tersebut. Ketika tidak ada lagi nilai yang harus dicapai, pelajar Indonesia akan merasa cukup dan akan berhenti belajar. Dan pola pikir itu mengakibatkan tingkat inovasi teknologi di Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain. Sehingga Perubahan pola pikir seperti ini menjadi hal yang sangat dibutuhkan saat ini. Agar kedepannya pelajar Indonesia bisa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memajukan Indonesia. Salah satu cara termudah untuk mewujudkannya adalah dengan membiasakan membaca buku. Bukan sekedar buku pelajaranan, tapi semua buku yang bisa menambah wawasan kita.
Kenapa harus membaca? Karena membaca mampu memberikan kemampuan bagi kita untuk memahami suatu informasi lebih baik dari pada hanya mendengarkan. 
Dari buku banyak hal yang bisa kita dapatkan. Informasi dari buku lebih banyak dari yang bisa kita dapat dari hanya mendengarkan penjelasan pengajar. Terlebih informasi dari buku juga lebih akurat dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sayangnya rakyat Indonesia lebih senang mendapatkan informasi dengan cara yang lebih mudah yakni melalui televisi atau radio dari pada membaca. Data yang  dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006 menyatakan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).

Sebagai pelajar membaca menjadi kebutuhan primer. Walau banyak pelajar berpendapat bahwa membaca itu sulit dan membosankan. Namun kita tetap perlu membudayakannya demi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia nantinya. Jika kita sudah berumur 19 tahun dan belum memiliki gairah untuk membaca buku, maka mulailah membaca sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Cobalah untuk menabung uang saku kita setiap minggunya dan menggunakan tabungan tersebut untuk membeli buku baru setiap bulannya. Dan jika hal itu masih belum cukup, kita bisa membuat suatu perkumpulan yang bisa kita ajak bertukar koleksi buku. Dengan demikian buku bacaan kita bisa lebih variatif. Bahkan dengan adanya perkumpulan ini, kita akan memiliki teman untuk bertukar info tentang bacaan yang menarik dan bermanfaat. Dimulai dari buku-buku yang kita sukai, dapat menjadi awal kecintatan kita pada buku.
Hal ini mudah untuk dilakukan jika semua pihak memiliki komitmen untuk melakukannya secara rutin. Tapi dampak yang dihasilkan akan dapat meningkatkan minat dan referensi bacaan kita. Dan setelah perkumpulan ini memiliki anggota yang banyak dan beragam, bisa dipertimbangkan untuk menyewa rumah dan digunakan sebagai perpustakaan bersama. Perpustakaan ini nantinya bisa digunakan untuk tempat berkumpul anggota. Maupun untuk menyelenggarakan acara bedah buku dan lainnya. Dan yang terpenting dari seluruh rangkaian ini adalah komitmen dan konsistensi untuk tetap melakukannya hingga membaca buku menjadi terasa menyenangkan.
Kesimpulan :
budaya membaca merupakan kebutuhan pokok bagi rakyat Indonesia  yang sangat mendesak untuk segera diwujudkan. Kecintaan pada buku perlu ditumbuhkan segera pada hati tiap-tiap generasi muda bangsa sedini mungkin, agar membaca menjadi suatu kesenangan bukannya beban. Demi terwujudnya kemajuan SDM di Indonesia. Dan terbentuknya SDM dengan kemampuan inovasi dan pengembangan yang baik. Dengan budaya membaca, pemuda Indonesia akan menjadi lebih kritis dan Inovatif. Sehingga SDM ini nantinya mampu mengolah dan menjaga SDA Indonesia yang kaya ini dengan tangan mereka sendiri. Dengan demikian Indonesia akan tumbuh menjadi negara yang madiri dan tidak bergantung pada bantuan SDM dari negara lain seperti yang banyak terjadi saat ini.

BUDAYA GOTONG ROYONG


Gotong Royong, kata tidak asing yang pernah kita dengar, adalah salah satu budaya indonesia yang membuat Indonesia di puji oleh bangsa lain karena budayanya yang unik dan penuh toleransi antar sesama manusia.


Gotong Royong merupakan kegiatan sosial dimana setiap individu bekerja sama untuk kegiatan yang positif tanpa pamrih. Misalnya membangun sebuah jembatan untuk sebuah desa yang menghubungkan ke desa lain.
Rasa kebersamaan ini muncul, karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari masing-masing individu untk meringankan beban yang sedang dipikul. Hanya di Indonesia, kita bisa menemukan sikap gotong royong ini karena di negara lain tidak ada sikap seperti ini dikarenakan saling acuh tak acuh terhadap lingkungan di sekitarnya.
Ini merupakan sikap positif yang harus di lestarikan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh & kuat dibandingkan dengan bangsa lain. Tidak hanya dipedesaan bisa kita jumpai sikap gotong royong, melainkan di daerah perkotaan pun sering kita jumpai dengan mudah. Karena secara culture, budaya tersebut memang sudah di tanamkan sifat ini sejak kecil hingga dewasa kepada rata-rata orang indonesia.



Sifat seperti ini juga yang membuat bangsa indonesia bersatu, seperti semboyan “Bhinneka Tunggal ika” dari sabang sampai merauke tanpa mengenal suku, ras, agama, dan warna kulit. Yang bersamaan juga dengan arti berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan.
Jadi sudah jelas, kalau kegiatan gotong royong ini sangat erat kaitannya dengan hubungan sosial yang harmonis, jika bangsa ini masih memegang teguh sifat seperti ini, maka bukan mustahil kalau tidak ada lagi perkelahian antar warga sana dengan sini, yang mungkin terjadi mungkin antara warga desa A dengan warga Desa B akan bersatu membuat suatu inovasi baru yang positif secara bersama-sama. Maka tugas kita adalah menjaga budaya budaya ini dan tetap melestarikannya mulai dari lingkungan sekitar kita sendiri.











KESIMPULAN :
Gotong royong merupakan salah satu kegiatan dimana kegiatan ini mencerminkan suatu ahlak baik bersatu bersama mulia dan harmonis sesamanya yang dibantu atau di gotong royongkan, gotong royong adalah dimana satu orang dibantu oleh sekumpulan orang lain yang membantunya atau sebaliknya sehingga kerjaan apapun menjadi mudah dan ringan bila budaya ini dilakukan bila ada pekerjaan yang cukup berat dan bisa dibilang tidak bisa dilakukan dengan satu orang saja contohnya membangun jembatan desa A ke desa B, selain itu budaya gotong royong ini dapat anda temukan hanya di Indonesia karena diluar sana atau dinegara selain Indonesia tidak ada gotong royong karena sifat orang yang acuh tak acuh terdahap apa yang dikerjakan oleh orang yang butuh bantuan tersebut, jangankan diperdesaan diperkotaan pun dapat anda temukan.